Kamis, 13 Januari 2011 | 11:33 WITA
KETUA Lembaga Adat Toraja (LAT), M Tarra Sampetoging, mengaku prihatin atas banyaknya kecurangan dalam Pilkada Toraja Utara (Torut). Tokoh masyarakat Toraja ini mengungkap beberapa kecurangan yang ia saksikan dengan mata kepala sendiri. "Uang beredar seperti siluman. Rakyat digiring sehingga salah pilih. Bahkan ada kandidat yang sengaja mendatangkan orang-orang dari luar Toraja, sampai dari Papua untuk datang membagi-bagikan uang di Toraja Utara," ujar Tarra melalui telepon kepada Tribun, Rabu (12/1).
"Uang memang bisa membawa nikmat, tapi uang juga bisa membawa bencana. Di Toraja Utara ini, uang yang dibadikan kandidat tertentu bisa membawa bencana," katanya menambahkan. Menurutnya, empat hari sebelum pencoblosan, para pendatang dari Papua itu dipergoki antre di beberapa bank untuk menarik uang. "Uang itulah yang kemungkinan dibagi-bagikan kepada masyarakat agar memilih pasangan tertentu. Sudah ada yang kita tangkap sebagai bukti dan akan kita laporkan ke pihak berwenang," jelasnya.
Bahkan, menurut Tarra, rumah salah satu kandidat dipenuhi warga yang datang minta uang. Lalu mereka laporkan sendiri kejadian itu kemudian disergap oleh aparat.
"Warga yang disergap aparat di rumah kandidat nomor 6 itu kemudian berhamburan masuk hutan dan gunung-gunung. Di hutan dan gunung itulah mereka dengan leluasa membagikan uang. Itu mereka sengaja setting begitu agar bisa dengan leluasa membagikan uang di hutan dan digunung supaya tidak terdeteksi," ungkap Tarra.
Bahkan, menurut Tarra, rumah salah satu kandidat dipenuhi warga yang datang minta uang. Lalu mereka laporkan sendiri kejadian itu kemudian disergap oleh aparat.
"Warga yang disergap aparat di rumah kandidat nomor 6 itu kemudian berhamburan masuk hutan dan gunung-gunung. Di hutan dan gunung itulah mereka dengan leluasa membagikan uang. Itu mereka sengaja setting begitu agar bisa dengan leluasa membagikan uang di hutan dan digunung supaya tidak terdeteksi," ungkap Tarra.
Dia juga menyebut adanya upaya tertentu untuk mengurangi partisipasi pemilih di kantong kandidat tertentu. "Seperti di Lembang Tallung Penariang Kecamatan Sanggalangi, dari 1.100 lebih wajib pilih hanya 620 yang datang memilih. Ada 500-an warga yang tidak menerima undangan memilih. Ini baru satu lembang," ujarnya.(cr7)
Tribun Timur