Sekolah Budaya - Kine Klub - Serambi Nusantara - Lego Lego - Pustaka Budaya - Cafe Nusantara

Jumat, 14 Januari 2011

Chang E, Si Putri Bulan


Senin, 20-12-2010

Orang Tionghoa pasti me-ngenal Chang E, Chang O atau Chang Ngo (Cháng’é), si putri bulan yang terkenal akan kemolekannya. Karena itu, sejak dahulu kala setiap perayaan Zhong Qiu (di Indonesia lebih dikenal Tiongjiu atau perayaan kue bulan), para gadis sewaktu berdoa kepada sang rembulan selalu berharap dirinya bisa “rupawan bagaikan Chang E, berwajah bagai rembulan”. Namun, apakah Chang E benar-benar ada? Ataukah hanya tokoh rekaan di dalam dongeng saja?

Konon pada zaman kuno, di atas langit terdapat 10 buah matahari, mereka setiap hari bergantian keluar menerangi seluruh jagat, tetapi pada suatu hari, tiba-tiba 10 buah matahari tersebut muncul secara bersamaan.
Seorang jagoan pemanah bernama Hou Yi, menaiki puncak gunung Kun Lun, merentangkan panah saktinya, dengan satu tarikan nafas mampu membinasakan 9 matahari lainnya, dia kemudian menjadi pahlawan pujaan bagi rakyat.
Hou Yi kemudian menikahi istri yang cantik nan baik hati, bernama Chang E. Pada suatu hari, ketika Hou Yi ke gunung Kun Lun, secara kebetulan ketemu dengan Wang Mu Niang Niang (Ibunda raja surga) yang memberinya sebungkus obat panjang usia.
Asalkan meminum obat tersebut, bisa melambung ke langit dan menjadi dewa. Namun, Hou Yi tidak tega me-ninggalkan sang istri, tidak se-gera meminumnya, melainkan memberikannya kepada Chang E untuk disimpan.
Kemudian hal tersebut dike-tahui oleh murid Hou Yi yang bernama Feng Meng. Feng Meng melihat Chang E me- nyimpan obat tersebut ke dalam kotak wasiat di meja rias, lantas timbul niat buruk, ia ingin meminum obat itu agar dirinya sendiri yang menjadi dewa.
Setelah 3 hari, Hou Yi memimpin para anak buah pergi berburu, Feng Meng pura-pura sakit dan tidak ikut. Menunggu Hou Yi dan rombo-ngannya beranjak jauh, Feng Meng menerobos ke dalam kediaman dan mengancam Chang E untuk menyerahkan obat panjang umur. Dalam situasi pa-nik, Chang E terpaksa menelan obat panjang umur tersebut.
Sesudah Chang E menelan obat itu, badannya segera terasa ringan melayang mulai me-ninggalkan tanah, dan semakin terbang semakin tinggi, terbang menuju atas langit. Oleh karena Chang E merindukan sang suami, tidak mau terbang terlalu jauh, maka itu dia memi-lih bulan yang berjarak paling dekat dengan bumi dan menjadilah dewa di sana.
Ketika Hou Yi tiba dirumah, dia menemukan Chang E telah lenyap, dia sangat bersedih. Setiap malam menerawang langit, memanggil-manggil nama istri tercinta, tiba-tiba ia terkejut melihat permukaan bulan pada malam ini begitu putih bersih cemerlang, selain itu di atas bulan sepertinya terdapat bayangan tubuh yang mi-rip dengan Chang E.
Hou Yi yang hatinya sedang pilu mengenang sang istri, baru tersadar bahwa dia takkan bisa memanggilnya kembali, akhir-nya terpaksa menempatkan lilin harum di kebun bunga dan menyembahyangi Chang E yang nun jauh di bulan sana. (cic/suk)(UPEKS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar