Sekolah Budaya - Kine Klub - Serambi Nusantara - Lego Lego - Pustaka Budaya - Cafe Nusantara

Rabu, 29 Desember 2010

Karaeng Pattingalloang Simbol Saintis Bugis-Makassar

by : Sapariah

ENTRI Bugis-Makassar dalam berbagai Ensiklopedia dunia dipadati dengan sejumlah tokoh kuat dan profesional. Seolah-olah etnis Bugis-Makassar identik dengan sebuah kawasan khusus mencetak tokoh-tokoh agung dan menakjubkan. Memang sering kali terjadi ada kawasan khusus yang melahirkan tokoh-tokoh besar, seperti salah satu bagian hilir Sungai Nil di Mesir yang menyuplai pemimpin dan pemikir ulung yang membuat bangsa Mesir menjadi besar. Para filosof Romawi yang terkenal juga terkonsentrasi di kawasan khusus. Para pemimpin Amerika Serikat kebanyakan dari kawasan Huston. Bahkan para Nabi dan Rasul juga terkonsentrasi dari lokasi khusus di kawasan tertentu di Timur Tengah.
Salah seorang tokoh yang sering disebut di dalam entri Bugis-Makassar ialah Karaeng Pattingalloang. Denys Lombard dalam karya monumental, Lecarrefour Javanais menggambarkan, pada abad ke-17 tidak ada orang yang dapat disejajarkan dengan prestasi intelektual Karaeng Pattingalloang, dari wacana teologis sampai pada filsafat dan sains modern. Tokoh yang selevel dengan Karaeng Pattingalloang hanya ada di tanah China, yaitu pengarang naskah Poxie ji, suatu karya agung yang terbit dalam tahun 1639.
”… Karaeng Pattingalloang, prince de Makassar (mort en 1654), qui nous apparait, quoique de facon parfois indecice, comme un de ces nesprits superieurs prets a reconter sur leur propre terrain les meilleurs d‘ entre les Europeens. Bien que son histoire ne se situenpas a Java, nous l‘ evoquerons brievement ici, car elle annonce de tres loin, la veritable rencontre intellectuelle quin n‘ aura lieu qu‘ au XIX siecle. (Karaeng Pattingalloang, bangsawan Makassar (wafat dalam tahun 1654), dapat dianggap istimewa, meskipun sering dianggap kontroversi. Dia unggul dalam pemikiran dan bersedia menjumpai orang-orang Eropa yang terbaik di tanah sendiri. Meskipun sejarah tidak terletak di Jawa, kami akan mengemukakan secara singkat di sini karena jauh sekali mendahului pertemuan intelektual yang sesungguhnya, yang terjadi baru pada abad ke-19).
Karier Karaeng Pattingalloang, selain pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dan penasihat utama Sultan Muhammad Said (1639-1653). Dia sendiri seorang saudagar besar di negeri ini dan menjalin hubungan dagang negeri-negeri luar. Mulai kawasan timur Nusantara, Manila, Siam, dan beberapa negeri lain yang kini termasuk negara-negara Asia Tenggara, sampai ke Eropa, seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda. Karaeng Pattingalloang memiliki kemampuan diplomasi sangat tinggi, dibuktikan dengan terwujud kerukunan antarkerajaan di sekitarnya. Bahkan di dalam disertasi Baharuddin Lopa disebutkan Karaeng Pattingalloang sebagai faktor penting kekuatan penyeimbang di dalam kerukunan itu. Pengalaman pengembaraan yang luas dari berbagai mancanegara memberi kearifan dan kebijakan amat dalam. Dia disegani bukan hanya di kawasan Bugis-Makassar juga kerajaan lain di kawasan Nusantara. Dia sering mendapatkan undangan kehormatan dari berbagai kerajaan lain. Dia sering menerima kunjungan kehormatan dari kalangan ilmuwan mancanegara.
Keistimewaan lain dari bangsawan Makassar ini ialah menguasai beberapa bahasa Eropa dengan baik, terutama bahasa Latin, Spanyol, dan Portugis. Pastor Alexander de Rhodes SJ, pastor terkenal di kawasan Asia Tenggara ketika itu pernah berucap kagum, “A l‘™ ouir parler sans le voir, on l‘ eust pris pour un naturel Portugis, car il parloit cette langue avec autant de facilite que cux de Lisbonne mesme”.(Jika kita mendengarkan omongannya tanpa melihat orangnya, pasti kita mengira dia adalah orang Portugis sejati. Karena dia berbahasa Portugis sama fasih dengan orang Lisbon).
Dia juga memiliki perpustakaan yang digambarkan luar biasa oleh Lombard. Baik dilihat dari jumlah koleksi maupun subyek. Termasuk karya-karya yang di Eropa pun langka tetapi dia memiliki seperti karya Bruder Luis de Granada OP. Di antara koleksi lain berbagai biografi orang-orang penting di Eropa. Dia juga mengoleksi berbagai ensiklopedia, matematika, dan ilmu-ilmu eksakta lainnya. Di bagian perpustakaan juga tersimpan sejumlah benda-benda langka dari berbagai negeri yang dibeli dengan mahal. Di antara pesanan yang tercatat dalam daghregister adalah sebagai berikut:
1. Dua buah bola dunia (atlas) besar berukuran 157-160 inci terbuat dari tembaga. Gunanya, menentukan letak dan arah Kutub Utara dan Kutub Selatan.
2. Sebuah peta dunia yang berukuran besar yang berbahasa Spanyol, Portugis, atau Latin.
3. Sebuah atlas besar dan penjelasan yang terperinci yang berbahasa Spanyol, Portugis, atau Latin.
4. Dua buah teropong berukuran besar dan berkualitas terbaik, lengkap dengan suryakanta yang besar dan berkualitas tinggi.
5. Dua buah prisma segitiga yang memungkinkan untuk mendekomposisi cahaya.
6. 30 sampai 40 buah tongkat baja kecil.
7. Sebuah bola dari tembaga atau baja.
 Sulit dibayangkan dalam abad ke-16 ada putra daerah Bugis-Makassar yang memiliki keunggulan kompetitif seperti itu. Kita bisa memastikan tentu bukan hanya satu-satunya orang seperti Karaeng Pattingalloang ketika itu. Setidaknya orang tuanya yang bernama Karaeng Matoaya yang juga dikenal dengan beberapa gelaran seperti I Malingkaang Daeng Nyonri‘, yang menjadikan Islam sebagai agama resmi di Makassar. Dia dikenal luas sebagai diplomat ulung di kawasan Asia Tenggara. Sayang sekali kita kurang menonjolkan aktivitas intelektual sejumlah tokoh Bugis-Makassar di masa lampau. Para tokoh Bugis-Makassar lebih ditonjolkan sebagai tokoh politik, pemberani, penakluk, dan perantau ulung. Bukannya menekankan aspek kecerdasan intelektual dan gairah keilmuan yang tak kalah menonjol.
Tidak bisa dilupakan, era kehidupan Karaeng Pattingalloang (Abad ke-16 dan 17) adalah puncak Renaisans di Barat. Di abad ini lahir sejumlah tokoh pemikir, pembaharu, dan saintis di Barat sekaliber Martin Luther, Calvin, Copernicus, Kepler dan Galileo. Di abad ini juga ditemukan sejumlah penemuan sains yang fantastik, seperti mesin cetak yang berkapasitas lebih besar dan cepat, teknik hidrolik yang modern, mesin uap pintal, besi lempung, dan lain-lain. Dunia astronomi ilmu pertanian mencapai kemajuan di abad ini. Dalam konteks ini, Karaeng Pattingalloang sebagai sosok intelektual Bugis-Makassar yang gemar merantau ke mancanegara. Wajar kalau dia ikut terpengaruh dengan situasi dan semangat renaisans Barat. Sayang sekali kita tidak menemukan banyak fakta historis kepiawaian Karaeng Pattingalloang dari segi sains dan teknologi. Mungkin saja beliau pernah mempunyai semacam laboratorium atau karya-karya sains tetapi tidak sampai di tangan kita.
Dilihat dari jejak intelektual dan kearifan Karaeng Pattingalloang, memang pantas dijadikan sebagai simbol kebanggaan Bugis-Makassar. Kita bisa mengatakan pantas bangsa-bangsa lain mengagumi bangsa Bugis-Makassar ini karena selling point yang dimiliki memang sesuatu yang berharga untuk kemanusiaan. Seharusnya generasi pelanjut tokoh-tokoh terkenal Bugis-Makassar melanjutkan prestasi leluhurnya. Demonstrasi anarkis, tawuran antar dan internal kampus, dan prilaku kasar yang tidak beradab yang dilakukan segelintir generasi muda Bugis-Makassar dan berulang-ulang disiarkan di media-media nasional dan internasional, sesungguhnya mencoreng peradaban Bugis-Makassar.

Nasaruddin Umar
Rektor Institut PTIQ & Wkl Direktur PSQ Jakarta

sumber : http://www.jurnalnasional.com/show/newspaper?rubrik=Opini&berita=137056&pagecomment=1
Posted on | December 21, 2010 | No Comments
Tue 13 Jul 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar